Selasa, 17 Februari 2015

Save the Best for the Last



Nanti pulang kuliah aku jemput ya?
Entah untuk keberapa kalinya hari itu aku membuka sms yang dikirim oleh Janu semalam dan membaca berulang-ulang. Hingga sesiang ini, aku masih enggan untuk menjawabnya. Bukannya tidak beniat untuk membalasnya, sungguh aku tidak ingin menggantungkan Janu terlalu lama. Aku hanya tidak tahu harus menjawab apa. Ya atau tidak. Aku tahu, perasaan Janu padaku tidaklah murni sebagai seorang teman. Sudah sejak lama Janu secara terang-terangan menunjukkan perasaannya padaku, tapi bagaimana denganku sendiri? Adakah sedikit perasaan yang kumiliki untuk Janu?

Sabtu, 06 Desember 2014

Salam Sayang


Dear sayang…
Selamat pagi, apa tidurmu nyenyak? Aku yakin kalau tidurmu pasti nyenyak, tanpa mimpi seperti biasanya bahkan setelah pertengkaran hebar kita semalam. Aku tak akan menceritakan padamu bagaimana aku akhirnya bisa berdamai dengan diriku, menulis surat ini dan terlelap. Aku hanya ingin bilang, ketika kamu bangun dan menemukan surat ini, maka sejak saat itu hubungan kita telah berakhir. Ya, berakhir.

Rabu, 22 Oktober 2014

Surat Untuk Ibu

Untuk seorang wanita luar biasa yang telah membawaku kedunia ini…

Hari ini, ibu, dengan penuh rasa bangga aku kembali kerumah. Dengan senyum terkembang dan kebanggaan yang ada di tangan, aku mengampirimu. Mengampirimu untuk membawakan sesuatu yang aku yakin bukan hasil kerja kerasku, melainkan adalah hasil kerja kerasmu. Ibu, aku tahu selama ini aku bukanlah anak yang bisa kau banggakan. Aku hanyalah anak yang sering menyusahkanmu, menyakiti hatimu, mengecewakanmu bahkan membuatmu menangis. Aku tahu ibu, kalau aku bukanlah anak yang patut mendapatkan kasih sayangmu, apalagi dekapan hangatmu tiap kali aku terjatuh.

Selasa, 07 Oktober 2014

Pesona Medusa


Apa yang dicari lelaki dari seorang perempuan? Kecantikan? Kepintaran? Ataukah kebaikan? Bagiku lelaki paling beruntung adalah lelaki yang setidaknya menemukan dua dari tiga kriteria wanita idaman. Setidaknya seorang lelaki akan beruntung jika memiliki perempuan yang cantik dan pintar atau setidaknya cantik dan baik. Tapi beberapa bulan belakangan ini, sejak semester baru dimulai, mendadak saja aku menjadi lelaki yang cukup beruntung didunia ini. Cukup beruntung, bukan beruntung karena aku hanya bisa melihat bukan memiliki perempuan sempurna yang memiliki semua kriteria perempuan ideal. Perempuan itu bernama Nesha Anggabaya. Ketika pertama kali melihat Nesha, yang ada di benakku hanyalah ”she’s the one”, dia perempuan yang aku cari selama ini. Aku memang belum lama mengenal Nesha, namun lewat interaksi-interaksi singkat diantara kami seusai kelas, aku tahu, kalau Nesha adalah perempuan baik-baik dengan kecantikan yang selalu bersinar dan kepintaran yang membuat matanya selalu berbinar-binar. Itulah kenapa aku tidak pernah mengalihkan tatapanku dari Nesha ketika kami satu kelas yang sialnya hanya terjadi seminggu sekali.

Sabtu, 20 September 2014

Syndrome “Malam Minggu”


Hai Mblo, mana suaranya? Masih sering nongkrong depan laptop dan bikin status galau gara-gara sindrom malam minggu? Santai Mblo, yang nulis sama jomblo-nya kok, jadi tulisan ini nggak bakal ngehujat para jomblo seperti biasa. Justru sebaliknya, tulisan ini akan membuat orang lain bertanya-tanya, sebenernya hina nggak sih jadi jomblo?
Oke… kita mulai golden ways ala-ala Mario Teguh kita malam ini dengan syndrome “malam minggu”.

Senin, 15 September 2014

Jawaban Sang Bianglala



Desember 2013
Senja yang basah itu memelukku, memenjarakanku dalam kesedihan lama yang kembali kutemukan dalam sudut-sudut hatiku. Jendela yang basah itu serupa dengan mataku, yang basah terkena air mata yang telah lama kusimpan, yang kini terpaksa kembali kukenakan. Dering suara android-ku seketika itu menarik perhatianku dari hujan deras diluar sana. Tanpa perlu melihatnya, aku tahu siapa yang tengah menelponku. Pasti Juna, ya… pasti lelaki itu yang tengah menghubungiku. Aku memutuskan untuk mengabaikan telponnya. Lagipula, bukankah aku sudah menyangka reaksinya? Aku tahu Juna adalah lelaki yang paling tidak peka, tapi aku tak menyangka kalau ia tak mau susah-susah mengingat masa lalu kami dan langsung menelponku beberapa menit setelah aku mengirim email itu.
C’mon, bud, don’t make me wrong to believe you. I know you’ll remember it, you just need more effort. Bisikku dalam hati meski aku tahu, Juna tak akan mendengarnya karena Juna tak pernah mendengar suara hatiku, walau aku meneriakkannya dengan begitu lantang.