Para
penari seblang dipilih secara supranatural oleh dukun setempat, namun biasanya,
penari seblang adalah keturunan dari penari sebelumnya. Ada perbedaan yang
signifikan antara tarian seblang yang ada di Desa Olehsari dengan tari seblang
yang ada di Desa Bakungan. Perbedaan ini terlihat dari waktu pelaksanaan ritual
seblang dan dari sang penari sendiri. Jika di desa Olehsari, penari seblang
biasanya adalah seorang gadis yang belum akil balig dan ritual pun dilaksanakan
tujuh hari sesudah hari raya Idul Fitri, maka didesa Bakungan, penari seblang
adalah seorang wanita yang berusia diatas lima puluh tahun dan telah mengalami
menonopause atau mati haid serta dilaksanakan tujuh hari sesudah hari raya idul
adha. Tari Seblang merupakan tradisi yang sudah cukup tua sehingga sangat sulit
diacak asal usul dimulainya. Namun menurut catatan, penari Seblang pertama yang
diketahui bernama Semi yang juga merupakan pelopor tari Gandrung pertama.
Ritual
tari seblang diawali atau dibuka oleh dukun desa. Mata sang penari seblang
ditutup oleh ibu-ibu yang berada di belakangnya sambil memegang nampan bamboo
yang didalam bahasa Banyuwangi disebut tempeh. Sang dukun mulai mengasapi sang
penari seblang dengan asap dupa sambil mengucapkan mantera. Setelah sang penari
kesurupan atau kejiman menurut bahasa lokal yang ditandai dengan jatuhnya
tempeh atau nampan bamboo yang dibawa ibu-ibu tadi, maka pertunjukan pun
dimulai. Penari seblang yang sudah kejiman atau kesurupuan tadi menari dengan
gerakan monoton, mata terpejam dan mengikuti arah sang pawang atau dukun serta
irama gendhing yang dimainkan. Kadang juga berkeliling desa sambil menari.
Setelah beberapa lama menari, kemudian sang penari seblang melemparkan
selendangnya yang digulung ke arah penonton. Penonton yang terkena selendang tersebut
harus mau menari bersama si Seblang. Jika tidak, maka dia akan dikejar-kejar
oleh si penari seblang hingga ia mau menari. Alat musik yang mengiringi tarian
Seblang di desa Bakungan hanya terdiri dari satu buah kendang, satu buah kempul
atau gong dan dua buah sarong. Sedangkan di desa Olehsari ditambah dengan biola
sebagai penambah efek musikal.
Tidak
hanya pada sang penari dan waktu pelaksanaan ritual, dari segi busana pun, tari
seblang di desa Olehsari dan desa Bakungan memiliki perbedaan yang terletak
pada Omprok atau mahkota sang penari. Omprok yang dipakai oleh penari seblang
di desa Olehsar biasanya terbuat dari pelepah pisang yang disuwir-suwir hingga
menutupi sebagian wajah penari, di bagian atasnya diberi bunga-bunga segar yang
biasanya diambil dari kebun atau area sekitar pemakaman, dan ditambah dengan
sebuah kaca kecil yang ditaruh di bagian tengah omprok. Sedangkan omprok atau
mahkota yang digunakan oleh penari seblang di desa Bakungan sangat menyerupai
omprok yang dipakai dalam pertunjukan Gandrung, hanya saja bahan yang dipakai
terbuat dari pelepah pisang dan dihiasi bunga-bunga segar meski tidak sebanyak
penari seblang di Olehsari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar