Suara lembut Joyce
Jonathan mengalun lembut menembus keheningan pagi. Gadis itu, Selene, yang
meringkuk manja dibalik lindungan selimut tebalnya yang hangat dan nyaman mulai
menggeliat. Mimpinya telah usai, kini sudah saatnya gadis sembilan belas tahun
itu terbangun dan menghadapi sebentuk kenyataan yang tak lebih indah dari pada
mimpi. Un Peu D’espoir-nya Joyce Jonathan masih mengalun, membuat Selene
mengerang jengkel sebelum meraih ponselnya itu dan mengusap layarnya lembut,
membungkam nyanyian Joyce Jonathan yang belum usai.