Selasa, 26 November 2013

This Is (Not) Home



Tempat ini… bukan rumah, meski sekilas tempat ini hampir mirip seperti rumah, tapi aku tak pernah benar-benar nyaman berada ditempat ini-atau belum? Sejujurnya aku tidak tahu. Rumah bagiku selalu terasa hangat dan menyenangkan. Rumah selalu terasa familier dan bukannya asing seperti ini. Aku tahu, seharusnya aku menganggap tempat ini sebagai rumah karena aku menghabiskan sebagian besar waktuku selama empat tahun kedepan ditempat ini, tapi salahkah aku jika aku merindukan rumah?

Sejak kecil hingga sedewasa ini, aku bias menghitung dengan jari saat-saat dimana aku pergi dari rumah sendiri tanpa ibuku, ayahku ataupun kakakku. Aku bahkan nyaris tak pernah keluar rumah sendiri. Rumah bagiku terasa seperti benteng pelindungku. Sebuah cangkang tebal yang melindungiku dari semua hal berbahaya yang ada diluar sana. Tapi sekarang, saat aku tidak dirumah apa yang bisa aku lakukan? Tidak ada lagi rumah yang melindungiku, tidak ada lagi kasih sayang ibuku yang menjadi penuntunku. Ditempat ini… aku merasa benar-benar tersesat. Tersesat ditengah hiruk pikuk baru yang kusebut sebagai dunia kuliah.
Aku benar-benar ingin mengerang dan berteriak sekeras-kerasnya kalau aku rindu rumah. Aku rindu semua yang ada disana, bahkan aku rindu anak-anak kecil yang kerap kali bermain petasan dan menakutiku. Aku rindu semuanya, aku benar-benar merindukan semuanya. Dan sekarang… aku hanya ingin berlari ke stasiun dan naik kereta tawang alun secepat yang aku bisa untuk pulang, kembali kekehidupan lamaku yang membosankan dan nyaman. Untuk pulang dan kembali kedalam dekapan kasih keluargaku yang akan melindungiku dari segalanya. Tapi logiskah?
Aku bukan lagi gadis kecil berusia sepuluh tahun yang bisa merengek sesuka hatiku. Aku sudah besar, meski belum bisa dibilang dewasa. Usiaku saja sekarang sudah delapan belas tahun dan tinggal menunggu sekitar tiga bulan untuk menggenapkan usiaku menjadi sembilan belas tahun. Aku sudah tidak pantas lagi merengek atau bahkan merajuk. Aku bahkan sekarang sudah menjadi mahasiswa, demi tuhan! Aku seharusnya lebih dewasa dan menerima keadaan ini dengan lebih bijaksana. Meski awalnya begitu sulit, aku yakin, seiring dengan berjalannya waktu semuanya akan baik-baik saja malah akan menjadi lebih baik. Tapi… demi tuhan… aku benar-benar merindukan rumah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar