Jumat, 29 November 2013

Malaikat Juga Tau



Pukul dua siang, aku melirik jam tanganku dengan perasaan puas yang begitu kentara. Aku tiba duluan, seperti biasanya. Dan seperti yang selalu ia lakukan, ia akan muncul denga santainya kira-kira lima belas menit lagi tanpa merasa bersalah karena telah membuatku menunggu. Aku menghela napas, tak peduli berapa lamapun ia membuatku menunggu, aku tahu, aku tak akan bisa marah, aku tak akan bisa meninggalkannya, bahkan aku tak akan bisa melakukan apapun yang akan menyakiti hatinya, karena ia terlalu berharga untukku.
Aku menyusuri taman kota yang tengah sepi itu. Pukul dua siang bukan waktu yang lazim bagi seseorang untuk bersantai, bukan? Apalagi mengingat tuntutan hidup yang semakin tinggi, jelas hampir semua orang kantoran saat ini tengah sibuk dengan rutinitas mereka, mereka bahkan tak memiliki waktu untuk sekedar duduk terlalu lama, apalagi berkunjung ke taman dan bersantai, jelas tidak mungkin.

Selasa, 26 November 2013

This Is (Not) Home



Tempat ini… bukan rumah, meski sekilas tempat ini hampir mirip seperti rumah, tapi aku tak pernah benar-benar nyaman berada ditempat ini-atau belum? Sejujurnya aku tidak tahu. Rumah bagiku selalu terasa hangat dan menyenangkan. Rumah selalu terasa familier dan bukannya asing seperti ini. Aku tahu, seharusnya aku menganggap tempat ini sebagai rumah karena aku menghabiskan sebagian besar waktuku selama empat tahun kedepan ditempat ini, tapi salahkah aku jika aku merindukan rumah?

Kamis, 07 November 2013

Saatnya Untuk Berhenti


Untuk sinar matahariku, yang dengan baik hati mau menjadikanku bayangannya…

Lelah. Mungkin itu kata yang tepat untukku saat ini. Ya, aku sudah lelah, sangat lelah hingga aku bisa tertidur begitu saja ketika aku baru saja merebahkan diri. Aku sudah sangat lelah, matahariku. Lelah dengan semua permainanmu. Lelah dengan semua hari-hariku yang berjalan tak tentu.
Banyak argumen yang beredar tentang bagaimana perasaanmu padaku. Ada yang bilang, aku hanya mengartikan perhatianmu dengan berlebihan. Aku salah mengartikan perhatian-perhatian sederhanamu yang tak sewajarnya sebagai teman dengan terlalu berlebihan. Aku juga salah mengartikan kedekatanmu denganmu berlebihan. Ada juga yang bilang kalau hatimu untukku. Mereka bilang, kamu mungkin tertarik dengan gadis itu, gadis yang kamu bilang menarik perhatianmu, karena fisik semata. Tapi hatimu untukku. Aku tak tahu yang benar yang mana. Aku ingin percaya pada argumen kedua, tapi aku terlalu takut jika pada akhirnya argumen pertama-lah yang benar.