
Tuhan,
salahkah aku mencintainya? Salahkah jika aku mengharapkan kebahagiannya?
Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku juga. Senyumnya adalah senyumku. Tapi
kenapa ketika dia bahagia dengan orang lain hatiku begitu sakit, Tuhan? Mengapa
kadar bahagia untuknya berkurang ketika ia tak lagi tersenyum bersamaku?
Tuhan,
hanya Engkau yang tahu betapa dalam dan besar rasa cinta yang kusimpan
untuknya. Hanya Engkau yang tau betapa berharga ia untukku. Tuhan, Engkau pasti
melihat dari atas sana betapa kepentingannya menjadi yang utama untukku? Ia
yang pertama dan utama. Kepentingannya lebih penting diatas kepentinganku.
Kebahagiaannya jauh lebih penting diatas kebahagiaanku. Aku selalu
mengutamakannya, Tuhan. Aku selalu menjadikan dia yang pertama. Apakah itu
belum cukup untuk menunjukkan betapa pentingnya ia untukku, Tuhan?
Tuhan,
haruskah aku mengatakan padanya apa yang kurasakan untuknya? Haruskah aku
mengatakan padanya kalau aku mencintainya, kalau ia segalanya untukku? Dia
temanku, Tuhan. Tempat berbagi suka dan duka bersama. Aku tak ingin
menghancurkan apa yang telah kami miliki dengan perasaanku yang aku tahu tak
berbalas. Tuhan, jika Engkau masih berkenan mendengarkan doa dan pintaku,
tolong berikan jawaban untukku Tuhan. Haruskah aku diam ataukah sebaliknya?
Atau… haruskah aku merelakannya, membiarkan dia bahagia dengan orang lain dan
tersenyum bersamanya tak peduli jauh didalam lubuk hatiku yang paling dalam aku
menangis tersedu-sedu karena harapan dan cinta yang bertepuk sebelah tangan.
Tuhan, ketika dia bahagia tanpaku, aku mohon, tabahkanlah hatiku, lapangkanlah
dadaku dan kuatkanlah mentalku. Dan jika Engkau masih memiliki waktu luang,
Tuhan, tolong kabulkanlah doaku dan jadikanlah aku orang yang beruntung, meski
untuk kali ini saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar