Sabtu, 20 September 2014

Syndrome “Malam Minggu”


Hai Mblo, mana suaranya? Masih sering nongkrong depan laptop dan bikin status galau gara-gara sindrom malam minggu? Santai Mblo, yang nulis sama jomblo-nya kok, jadi tulisan ini nggak bakal ngehujat para jomblo seperti biasa. Justru sebaliknya, tulisan ini akan membuat orang lain bertanya-tanya, sebenernya hina nggak sih jadi jomblo?
Oke… kita mulai golden ways ala-ala Mario Teguh kita malam ini dengan syndrome “malam minggu”.

Senin, 15 September 2014

Jawaban Sang Bianglala



Desember 2013
Senja yang basah itu memelukku, memenjarakanku dalam kesedihan lama yang kembali kutemukan dalam sudut-sudut hatiku. Jendela yang basah itu serupa dengan mataku, yang basah terkena air mata yang telah lama kusimpan, yang kini terpaksa kembali kukenakan. Dering suara android-ku seketika itu menarik perhatianku dari hujan deras diluar sana. Tanpa perlu melihatnya, aku tahu siapa yang tengah menelponku. Pasti Juna, ya… pasti lelaki itu yang tengah menghubungiku. Aku memutuskan untuk mengabaikan telponnya. Lagipula, bukankah aku sudah menyangka reaksinya? Aku tahu Juna adalah lelaki yang paling tidak peka, tapi aku tak menyangka kalau ia tak mau susah-susah mengingat masa lalu kami dan langsung menelponku beberapa menit setelah aku mengirim email itu.
C’mon, bud, don’t make me wrong to believe you. I know you’ll remember it, you just need more effort. Bisikku dalam hati meski aku tahu, Juna tak akan mendengarnya karena Juna tak pernah mendengar suara hatiku, walau aku meneriakkannya dengan begitu lantang.

Minggu, 14 September 2014

Bianglala Senja


 
Desember 2013
Senja baru saja selesai mempersiapkan malamnya ketika hujan rintik-rintik yang sedari tadi memeluk hari ini berubah menjadi hujan deras yang seketika memicu keluhan orang-orang disekitarku, meski aku tak memungkiri kalau aku sempat mendengus sebal ketika melirik jendela yang berada di dekat mejaku dan mendapatinya basah karena air hujan. Tapi entah mengapa kesebalanku pada hujan menjadi sebuah kerinduan saat mataku menatap sebuah pemandangan yang begitu indah, sebuah bianglala yang tidak begitu besar, berdiri menjulan menantang hujan. Diam-diam aku mengulum senyum, teringat seseorang yang begitu menyukai bianglala.
Ketika pikiranku mulai berkelana kembali ke masa lalu, mendadak saja notification di android-ku berbunyi, menyentakkanku kembali ke masa kini, di ruang kerjaku disenja yang dingin dengan ditemani hujan deras yang menampar-nampar jendela ruang kerjaku, meminta untuk diijinkan masuk. Dengan enggan, aku meraih android-ku dan memeriksanya, seketika mataku terbelalak tak percaya. Benarkah apa yang kulihat saat ini? Atau aku hanya berkhayal? Aku menatap android-ku itu selama semenit penuh, dan ketika email yang baru saja masuk ke android-ku itu tidak berubah nama pengirimnya, segera saja aku beralih pada laptopku dan membuka emailku disana.