Kamis, 27 Februari 2014

Dear Mantan…


Perpisahan ini masih terasa nyata bagiku. Ketika lembar demi lembar kalender kubuka, dan hari demi hari menyeretku berlari bersamanya dan membawa kisah kita jauh menuju tahun-tahun berikutnya, perpisahan ini masih terasa begitu nyata untukku, nyata dan masih sangat menyakitkan. Seribu empar ratus empat puluh hari sudah cinta ini tumbuh dan bersemi dihatiku, dimulai saat kamu menyatakan isi hatimu dan memintaku merenda cerita, berbagi suka dan saling menyeka luka bersamamu. Dimulai hari itu hingga seribu empar ratus empat puluh hari kemudian, rasa ini masih ada, dan masih selalu untukmu.
28 Mei…
Hari itulah kita memulai kisah, merenda cerita dan merajut cinta. Dihari itu aku menemukanmu, cinta yang melekat erat dihatiku, seperti cinta Juliet yang merekat erat dihati Romeo. Memang kisah kita tak sedramatis atau pun seromantis kisah Romeo dan Juliet, tapi aku bisa memastikan, apa yang pernah kita miliki, kita raih dan kita bagi bersama akan selalu melekat dihatiku, aku ingat dan aku jadikan bagian hidupku, meski aku dan kamu tak akan lagi menjadi kita.
Dear Mantan…
Ingatkah kamu dengan lagu favorit kita? Lagu yang dinyanyikan temanmu dengan suara falsnya dan petikan gitarnya yang sumbang. Lagu yang kerap kali membuatku tersipu malu hanya dengan mendengarkannya.
Dear mantan…
Hari ini, tangal 28 Mei, seribu empat ratus empat puluh hari setelah kita memulai kisah kita sendiri, aku kembali ketempat ini. Tempat dimana kita saling bertemu, bersahabat dan akhirnya menjalin cerita bersama yang lebih dari sekedar sahabat. Ditempat ini, dimana bangku-bangku tua yang kotor membisu, papan tulis berdebu yang termangu, serta jendela-jendela kaca kusam yang tergugu, aku kembali mengenangmu. Mengenang saat-saat kita berbagi, saat kita saling memiliki dan saat kita saling menyertai. Semua kenangan indah itu terekam manis diotakku dan terukir indah dihatiku.
Dear mantan…
Mungkin aku tak lagi berarti bagimu. Mungkin pula aku hanya seonggok kenangan yang kamu abaikan disudut hatiku. Dan mungkin juga, namaku tak pernah lagi membuat hatimu bergetar seperti namamu membuat hatiku bergetar, bahkan hingga hari ini, seribu empar ratus empat puluh hari kemudian.
Dear mantan…
Dulu kita pernah berbagi, kita juga pernah saling memiliki. Tapi kenapa pada akhirnya kita saling menyakiti? Dan sekarang, kita menjadi orang asing yang tak lagi mengenal satu sama lain.
Dear mantan…

Aku harap apa yang pernah kita miliki dimasa lalu berbekas dihatimu. Walaupun mungkin hanya meninggalkan sedikit goresan yang akan menghilang termakan waktu, tapi setidaknya ingatlah aku sebagai orang yang pernah mengisi hari-harimu, berbagi tawa denganmu dan menyeka air matamu sebagaimana aku mengingatmu, sebagai cinta pertama yang akan selalu hidup dan kukenang didalam hatiku. Aku rasa itu cukup impas bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar