Perpisahan
ini masih terasa nyata bagiku. Ketika lembar demi lembar kalender kubuka, dan
hari demi hari menyeretku berlari bersamanya dan membawa kisah kita jauh menuju
tahun-tahun berikutnya, perpisahan ini masih terasa begitu nyata untukku, nyata
dan masih sangat menyakitkan. Seribu empar ratus empat puluh hari sudah cinta
ini tumbuh dan bersemi dihatiku, dimulai saat kamu menyatakan isi hatimu dan
memintaku merenda cerita, berbagi suka dan saling menyeka luka bersamamu.
Dimulai hari itu hingga seribu empar ratus empat puluh hari kemudian, rasa ini
masih ada, dan masih selalu untukmu.
28
Mei…
Hari
itulah kita memulai kisah, merenda cerita dan merajut cinta. Dihari itu aku
menemukanmu, cinta yang melekat erat dihatiku, seperti cinta Juliet yang
merekat erat dihati Romeo. Memang kisah kita tak sedramatis atau pun seromantis
kisah Romeo dan Juliet, tapi aku bisa memastikan, apa yang pernah kita miliki, kita raih dan kita bagi bersama akan
selalu melekat dihatiku, aku ingat dan aku jadikan bagian hidupku, meski aku
dan kamu tak akan lagi menjadi kita.
Dear
Mantan…
Ingatkah
kamu dengan lagu favorit kita? Lagu yang dinyanyikan temanmu dengan suara
falsnya dan petikan gitarnya yang sumbang. Lagu yang kerap kali membuatku
tersipu malu hanya dengan mendengarkannya.
Dear
mantan…
Hari
ini, tangal 28 Mei, seribu empat ratus empat puluh hari setelah kita memulai
kisah kita sendiri, aku kembali ketempat ini. Tempat dimana kita saling
bertemu, bersahabat dan akhirnya menjalin cerita bersama yang lebih dari
sekedar sahabat. Ditempat ini, dimana bangku-bangku tua yang kotor membisu,
papan tulis berdebu yang termangu, serta jendela-jendela kaca kusam yang
tergugu, aku kembali mengenangmu. Mengenang saat-saat kita berbagi, saat kita
saling memiliki dan saat kita saling menyertai. Semua kenangan indah itu
terekam manis diotakku dan terukir indah dihatiku.
Dear
mantan…
Mungkin
aku tak lagi berarti bagimu. Mungkin pula aku hanya seonggok kenangan yang kamu
abaikan disudut hatiku. Dan mungkin juga, namaku tak pernah lagi membuat hatimu
bergetar seperti namamu membuat hatiku bergetar, bahkan hingga hari ini, seribu
empar ratus empat puluh hari kemudian.
Dear
mantan…
Dulu kita pernah berbagi, kita juga
pernah saling memiliki. Tapi kenapa pada akhirnya kita saling menyakiti? Dan
sekarang, kita menjadi orang asing yang tak lagi mengenal satu sama lain.
Dear
mantan…
Aku
harap apa yang pernah kita miliki dimasa lalu berbekas dihatimu. Walaupun
mungkin hanya meninggalkan sedikit goresan yang akan menghilang termakan waktu,
tapi setidaknya ingatlah aku sebagai
orang yang pernah mengisi hari-harimu, berbagi tawa denganmu dan menyeka air
matamu sebagaimana aku mengingatmu, sebagai cinta pertama yang akan selalu
hidup dan kukenang didalam hatiku. Aku rasa itu cukup impas bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar